Di alam hampir
tidak ditemukan zat cair murni 100 %. Hampir semua cairan yang ada di bumi
berbentuk larutan atau campuran. Larutan merupakan campuran yang homogen,
yaitu suatu campuran serba sama, antara zat terlarut (solute) dan
zat pelarut (solvent), sehingga tidak dapat dibedakan satu sama
lain. Adanya zat terlarut di dalam pelarut menyebabkan perubahan sifat
fisik pada pelarut dan larutan tersebut. Sifat fisik yang mengalami
perubahan misalnya penurunan tekanan uap, penurunan titik didih, kenaikan
titik didih, dan tekanan osmosis.
Ada banyak hal yang menyebabkan larutan mempunyai
sifat yang berbeda dengan pelarutnya. Salah satu sifat terpenting
dari larutan adalah sifat koligatif larutan. Sifat koligatif didefinisikan sebagai
sifat fisik larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam
larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya.
Jenis sifat koligatif: penurunan tekanan uap larutan,
penurunan titik beku larutan, kenaikan titik didih larutan, dan tekanan
osmosis larutan.
A.
Diagram
P – T pada Larutan
Mengapa
larutan (pelarut + zat terlarut) mendidih pada suhu yang lebih tinggi dan
membeku pada suhu yang lebih rendah dari pada pelarutnya?
Gambar 1 . Diagram P-T H2O
Berikut
penjelasan diagram P – T dengan pelarut H2O:
1.
Garis didih
Garis B – C pada gambar
di atas disebut garis didih. Garis didih merupakan transisi fase cair
– gas. Setiap titik pada garis ini menyatakan suhu dan tekanan di mana air
akan mendidih. titik didih tergantung pada tekanan gas di permukaan. Pada
tekanan 1 atm atau 760 mmHg ( 1 atm), air mendidih pada suhu 100oC.
Jika terdapat tempat di
bumi ini yang mempunyai tekanan 4,58 mmHg, maka sudah dipastikan air
akan mendidih pada kisaran 0,0098oC.
2.
Garis beku
Garis B – D pada gambar
di atas disebut garis beku. Garis beku merupakan transisi fase cair –
padat. Setiap titik pada garis ini menyatakan suhu dan tekanan di mana air
dapat membeku (es mencair). Pada tekanan 1 atm atau 760 mmHg,
air membeku pada suhu 0oC
3.
Garis sublimasi
Garis A – B pada
diagram fase di atas disebut garis sublimasi. Garis sublimasi merupakan transisi
fase pada gas. Setiap titik pada pada garis sublimasi menyatakan suhu dan
tekanan di mana zat padat dan uapnya dapat menyublim.
4.
Titik tripel
Perpotongan antara
garis didih dengan garis beku dan garis sublimasi disebut titik tripel.
Titik tripel air adalah 0,0098oC pada tekanan 4,58 mmHg. Pada
titik tripelnya, ketiga bentuk fase, yaitu padat, cair, dan gas berada dalam
kesetimbangan.
Mari kita bandingkan dengan diagram fase larutan dengan diagram fase
pelarutnya yaitu H2O, seperti tampak pada diagram P - T larutan
berikut.
Gambar 2. Diagram P-T larutan
Larutan mempunyai
tekanan uap lebih rendah dari pada pelarut murninya (dalam hal ini air) yang
dinyatakan sebagai ΔP. Oleh karena itu garis didih dan garis beku larutan
berada di bawah garis didih dan garis beku pelarutnya. Penurunan tekanan uap (ΔP)
tersebut berpengaruh terhadap titik didih dan titik beku larutan. seperti yang
tampak pada diagram P – T larutan di atas, tekanan uap larutan belum 760 mmHg
pada suhu 100oC. oleh karena itu belum mendidih. Larutan akan
mendidih pada suhu di atas 100oC
yaitu ketika tekanan uapnya mencapai 760 mmHg.
Dengan kata lain,
larutan mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada pelarutnya. Sebaliknya,
penurunan tekanan uap menyebabkan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan
dengan titik beku pelarutnya.
(Sumber dari : jejaringkimia.web.id)
B. Sifat
Koligatif Larutan Non Elektrolit
Meskipun sifat koligatif
melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara
molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergantung pada jumlah zat
terlarut yang larut pada suatu larutan.
Sifat koligatif terdiri atas
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan
tekanan osmotik. Apakah perbedaan di antara keempat sifat koligatif tersebut?
Perhatikanlah uraian berikut.
- Penurunan
Tekanan Uap (∆P)
Bila kita memanaskan air (atau zat yang
dapat menguap lainnya) dalam ketel yang tertutup, maka ketika air mendidih
tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal ini terjadi? Apa sebenarnya yang
menekan tutup ketel tersebut, air atau uap airnya? Dalam ruang tertutup air
akan menguap sampai ruangan tersebut jenuh, yang disertai dengan pengembunan
sehingga terjadi kesetimbangan air dengan uap air.
H2O(l) ↔
H2O(g)
Terjadinya
uap air akan menimbulkan tekanan
sehingga menekan ketel. Ketika air mendidih (suhu 100°C) banyak air yang
menguap sehingga tekanan yang ditimbulkan lebih besar hingga tutup ketel
terangkat. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh air ini disebut tekanan uap jenuh air (P⁰)
Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap
zat tidak sama, bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang lebih sukar
menguap, misal glukosa, garam, gliserol memiliki uap yang lebih kecil dibanding
zat yang lebih mudah menguap, misalnya eter.
Bila suhu dinaikkan, energi kinetik molekul-molekul zat
bertambah sehingga semakin banyak molekul-molekul yang berubah menjadi gas
akibatnya tekanan uap semakin besar. Perhatikan tekanan uap jenuh air pada
berbagai suhu pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu
Apa
yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air (pelarut) ditambahkan zat
terlarut yang sukar menguap?
Bila
zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap adalah
pelarutnya(air), adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarut yang menguap
menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap.
Adanya
zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap.
tekanan uap larutan lebih rendah dibanding tekanan uap pelarut
Penurunan
tekanan uap yang terjadi merupakan selisih dari tekanan uap jenuh pelarut murni
(P°)
dengan tekanan uap larutan (P).
∆P = P⁰ - P
Tekanan uap larutan
ideal dihitung berdasar hukum Raoult “ tiap komponen dalam suatu larutan
melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari komponen
(pelarut) murni.
P = Xpelarut . P⁰
Karena
∆P = P⁰ - P
= P⁰ - (Xpelarut . P⁰)
= P⁰ - ((1-Xterlarut) . P⁰)
= P⁰ - (P⁰-Xterlarut P⁰) Jadi ∆P = X terlarut . P⁰
∆P = Penurunan tekanan uap
P =
Tekanan uap larutan
Xter = fraksi mol zat terlarut
P⁰ =
Tekanan uap pelarut murni Xpel =
fraksi mol pelarut
Contoh Soal (6) :
Hitunglah tekanan uap larutan larutan urea
berkadar 10% pada suhu toC. Jika tekanan uap air pada suhu toC
= 100 mmHg.( Mr urea = 60 )
Jawab :
Urea 10 % berarti 10 gram urea dan 90 gram air
Mol Urea = 10/60 mol Mol air = 90/18 mol = 5 mol
Fraksi mol urea = (10/60) / (10/60 + 90/18) = 0,032
Maka fraksi mol air = 1-0,032 =
0, 968
Tekanan uap larutan urea
=> P = X pel . Po
= 0,968 . 100 = 96,8 mmHg
Hitunglah tekanan
uap larutan 2 mol sukrosa dalam 50 mol air pada 300 °C jika tekanan uap air
murni pada 300 °C adalah 31,80 mmHg.
Jawab : Fraksi mol sukrosa = (2 mol / (50 + 2 mol) ) = 0.038
Fraksi mol sukrosa = 0,038 Xpelarut = 1 –
0,038 = 0,962
P = xA Po = 0,962
× 31,8 mmHg = 30,59 mmHg
Jadi, tekanan uap
larutan adalah 30,59 mmHg.
Uji
Kemampuanmu
- Sebanyak 46
gram gliserol (Mr=92) dicampur dengan 27 gram air (Mr=18). Jika tekanan uap air pada suhu tersebut = 30 mmHg, hitung tekanan uap
larutan tersebut!
- Tekanan uap air pada 30⁰C adalah 31,84 mmHg. Untuk
mendapatkan larutan yang mempunyai tekanan uap jenuh 27,86 mmHg pada suhu
30⁰C, berapa gram massa glikol (Mr=62) yang harus dilarutkan ke dalam 630
gram air.
Untuk mempelajari sifat koligatif larutan dalam bentuk file swf bisa klik tautan berikut
Materi Kenaikan Titik Didih dan penurunan Titik Beku Larutan dapat klik di SINI
Materi Sifat koligatif : Tekanan Osmosis dapat dibaca di SINI
Materi Sifat Koligatif : Kemolalan dan Fraksi Mol dapat dibaca di SINI